Theme Preview Rss

Kebodohan Orang Indonesia

Suatu hari saia bersama sekolahan(?) saya melakukan kunjin (kunjungan industri) ke sebuah pabrik batu batere yang ada di bilangan Jakarta.

Setelah berhasil menunaikan keingan pertama saya saat pertama tiba di sana, yaitu buang air. saya pun segera keluar ke rvangan yang udah ditvnjvkan

Di rvangan itu kami dvdvk di tempat yang svdah disediakan, kemvdian pihak karyawan pervsahaan melakvkan penjelasan di depan kami mengenai pervsahaan nya, mirip seminar (mvngkin).

Ada satu pembicara yang dengan topik yang ia bahas mampu membvat saya berkesan. Namanya Bpk Yanto kalo ngga salah. Kepala bagian apalah, saya ngga tau. Ia menjelaskan tentang prinsip kerja dari batu baterai, bahan-bahan dan sebagainya sehvbvngan dengan si batu batere itu. Saya emang ngga trlalu merhatiin awalnya, karena emang materi yang di bahas itu ampir ngbuat otak saya berbvsa (hah.. emg bisa?). Tentang KIMIA lahhh, reaksi-reaksi apalah itu yang emang lagi dipelajari di pelajaran chemistry saya di sekolah. Yang saya tahu reaksi2 itu mampu ngbvat reaksi di otak saya sehingga seakan otot2 di kepala saya mengencang dan memadat seperti otot Ade Ray, dan menimbulkan efek dan sensasi “ngga banget” yang secara langsvng jvga berefek ke kerja lambvng saya, seakan pelajaran tadi itu ingin dimvntahkan kembali(wadvhh.. apa siiiii).

Tapi ada satu yang saya ngerti (cvma 1 ngga lebih). Batere itu menggvnakan bahan yang namanya manganese dioxide kalo gg salah. Dahvlu pabrik ini menggvnakan bahan tersebvt yang diambil dari svmber alam local Indonesia. Namun seiring perkembangan teknologi, bahan natvral itu svdah tidak bisa dipakai lagi kalau tidak diolah dvlu dengan teknologi tertentu. Seperti diakvi bpk Yanto, pabrik ini emang udah jadi pabrik besar yang mampu memasarkan produknya hingga ke lvar negeri. Tapi jangan salah, dari mvlai bahan baku dan mesin, pervsahaan ini masih mengandalkan impor dari luar. Dan bahkan dari segi teknologi lainnya masih di dikte oleh pihak lvar pvla.

Inilah yang menjadi masalah menvrvt bpk Yanto, padahal di Indonesia svmber daya seperi natvral manganese dioxyde dan zinc (seng) sebagai bahan baku batere itu melimpah, tapi indvstri dalam negerinya masih mengandalkan impor bahan baku dari Jepang. Mengapa demikian? Dijelaskan pvla bahwa bahan baku batere itu memang manganese dioxide, dan di Indonesia cvkvp banyak svmbernya. Tapi bahan tersebvt harus diolah dvlu sedemikian rvpa sebelvm akhirnya bisa dibvat batere. Dan teknologi untvk mengolahnya itu hanya dimiliki orang Jepang. Padahal dalam hal ini Jepang benar2 tidak memiliki sumber alam apa-apa, dan mereka pun mengimpornya dari Indonesia dan Amrik.

Ironis memang. Kalau saja orang Indonesia ini lebih pintar dan bijak dalam mengelola svmber alamnya. Mvngkin kevntvngan yang didapat bisa lebih besar dan kita tak perlu bergantung pada negeri orang. Lihat saja sekarang lebih dari separvh svmber daya alam Indonesia dikelola oleh pihak asing. Bisa dibilang kekayaan kita ini dikervk oleh orang lain. Betapa tidak, semva svmber daya kita diambil dan hanya segelintir orang yang dipekerjakan dan itvpvn hanya menjadi bvrvh pekerja pesakitan. Sedangkan segelintir lainnya kavm yang bisa disebvt terpelajar negeri ini di tarik untvk bekerja di negeri orang dan bisa juga dibilang ikvt menyengsarakan bangsanya sendiri.

Tragis emang, seperti apa kata bpk Yanto pada kami. Dan ia pvn berharap kalau svatu saat mvngkin salah satu dari kami bisa memperbaiki nasib bangsa ini dengan menjadi lebih ‘pintar’.

Di saat teman-teman saya yg lainnya entah melamvn apa, saya jadi terpikir tentang nasib bangsa ini. Dan terpikir pvla tentang nasib bangsa lain misalnya, apabila bangsa yang memiliki svmber daya yang kaya seperti kita ini mampu mengolah kekayaan sendiri, lalu bagaimana dengan nasib bangsa dan negara yang tanahnya tidak diberi anugerah seperti kita. Bangsa yang sangat bergantvng pada hasil sumber daya bangsa lain sebagai penopang kehidvpan mereka.

Mvngkin disinilah ironi yang sebenarnya. Saat negeri2 kaya svmber alam itu mandiri, mvngkinkah bangsa2 lain seperti Jepang akan tetap bertahan??

Tuhan memang Maha Adil, betapa tidak, bangsa seperti Jepang yang tanahnya tervs menervs di hantam gempa ternyata mampu berdiri tegak malahan hanya dengan mengandalkan otak mereka. Sepintas mvngkin terlihat tidak adil bagi bangsa seperti kita yang memiliki kekayaan alam sendiri tapi masih saja terseok-seok. Tapi betapa bagaimana nasib negeri Jepang tanpa kita, bagaimana nasib bangsa lain yang tanpa svmber alam akan makan, apabila semva bangsa kaya alam di dunia diberi otak dan kemampvan mengolah svmber alamnya sendiri2. seperti tercantvm dalam pelajaran IPS, bahwa manvsia itu mahlvk social yang membvtvhkan manusia lain. Begitu jvga bangsa2 membvtvhkan bangsa2 lainnya, saling menvtvpi, memliki kelebihan masing2. walavpvn terkadang saling menginjak. Sebetvlnya akan selalu ada cahaya terang. Bila kita mau menyadarinya.

Dan di saat seperti inilah kita diingatkan akan kebesaran sang Maha Pencipta, sesvnggvhnya Ia itu Maha Tahu akan segala sesvatu.

0 komentar:

Posting Komentar